Malam
minggu di sebuah café yang ramai, sepasang kekasih yang duduk dekat jendela
masih terlihat saling tak bicara. Keduanya nampak mempunyai kekesalan dalam
kepala masing-masing, hanya tinggal menunggu waktu untuk memuntahkannya.
Si cewek yang sedang cemberut
memulai membuka pembicaraan. “Kamu itu kenapa sih? Tiap hari bikin aku bête.”
Si cewek itu menusuk-nusuk daging ayam yang ada di piring dengan garpu sebagai
pelampiasan kekesalannya.
“Bete kenapa? Gara-gara minggu
kemaren kita gak jadi jalan? Kamu masih bête gara-gara itu?” tanya si cowok.
“Gak tau ah. Pikir sendiri.”
Si cowok berusaha menutupi
kekesalannya. “Lah, aku kan nanya. Kalau bukan gara-gara hal itu, seharusnya
kamu gak usah marah gitu dong.”
“Aku gak marah,” kata si cewek. “Aku
Cuma bête karena kamu gak punya waktu buat aku. Kamu selalu sibuk sama dunia
kamu.”
Si
cowok mulai merasa di sudutkan. Seakan-akan dia yang salah. Lalu dia meneguk
habis sebotol Aqua di depannya sampai habis, cukup untuk mendinginkan hatinya
yang panas, kemudian dia bicara, “Kok
ngomongnya gitu? Bukannya kamu yang punya waktu luangnya kebanyakan? Aku juga
punya kehidupan selain kamu. Aku punya keluarga, punya teman-teman, punya
pekerjaan. Seharusnya kamu ngerti dengan itu.”
Si
cewek diam. Matanya mulai berkaca-kaca.
“Kamu
gak bisa memenjarakan aku semau kamu,” lanjut si cowok. “aku jadi pacar kamu,
bukan berarti aku harus bareng kamu terus. Tiap hari aku diam saat kamu marah.
Aku gak ngebales marah juga kan?”
Si
cewek masih diam.
“JAWAB!”
teriak si cowok.
Si
cewek tetap diam dengan air mata yang mulai menetes.
Si
cowok melanjutkan bicaranya, “Lihat botol Aqua kosong ini. Setiap kamu marah
itu sama dengan setetes air benci yang masuk ke botol ini. Tau gak sekarang
tetesan air benci itu sudah segimana?”
Dia
tetap tidak menjawab.
“Tetesan
air itu sudah penuh di botol ini. Penuh.”
Beberapa kata akhirnya keluar dari mulut si cewek, “ Maaf…, aku….” Si cowok memotongnya.
“Aku
sudah maafin kamu dari dulu. Bahkan setiap hari sesudah kamu marah. Tapi aku
juga minta maaf, sepertinya aku gak bisa lagi jadi pacar kamu. Sudah terlalu
banyak tetesan air benci yang kamu buat. Maaf….” Tutup si cowok berdiri dari
tempat duduknya. “Aku ingin bebas.”
Si
cewek meratapi penyesalannya. Dia menyadari semua kesalahannya. Terlalu
mengekang cowoknya. Mencintai dengan cara berlebihan, itu akan jadi boomerang.
Di café itu tinggalah berdua, si cewek dan sebotol benci untuk dia.
Twitter SAYA: @CharlyFbh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar