Beberapa
momen terbaik yang pernah gue alami saat jaman SMA dulu akan dirangkum dalam
beberapa kalimat di bawah ini. For my
best friends and my teachers in Ducie,
this is for you:
1. Pada
saat jam istirahat, gue dan beberapa teman meloncati pagar sekolah untuk menuju
ke kantin yang letaknya ada di luar lingkungan sekolah. Sehabis makan di
kantin, kita kembali ke dalam lingkungan sekolah melalui jalan yang sama,
meloncat pagar. Kita semua seperti dapat hadiah dari Kwaci (baca: kaget)
setelah melihat ada Wali Kelas berdiri melihat kejadian tersebut. Dan apa
kelanjutannya? Kita menjadi artis pada haris senin depannya pada saat upacara
bendera (atau dengan kata lain kita dihukum di depan teman-teman se-sekolahan).
2. Maksud
hati ingin tampil beda saat upacara bendera dengan memakai sepatu warna hijau,
tapi apalah hendak dikata, mata guru lebih tajam melihat. Dan apa
kelanjutannya? Sepatu gue diambil dan gue pulang naik motor pakai helm, masker,
sarung tangan, jaket, tapi tanpa memakai sepatu.
3. Dalam
pelajaran Bahasa Indonesia, ada tugas membuat drama. Dan di akhir, ada semacam
penghargaan terhadap pemain drama terbaik. Dalam drama tersebut, gue memerankan
seorang cowok dan mempunyai cewek yang hobinya marah-marah. Dalam satu adengan
pertengkaran, gue lagi marah-marah sama cewek, dan (cewek) yang menjadi lawan
main gue menampar gue beneran, dan gue pun marah-marahnya jadi beneran. Seperti
yang di awal gue bilang, di akhir acara ada penghargaan untuk pemain terbaik.
Tanpa disangka, gue mendapat penghargaan pemain pria terbaik, dan gue bertanya
pada guru gue, “Bu, saya menang karena akting saya bagus, ya?” Kemudian dia
menjawab, “Bukan, karena kamu ditamparnya beneran, jadi ibu kasihan.” Dan
penghargaan ini terasa hampa. Walaupun begitu, gara-gara tamparan itu, gue bisa
melakukan akting marah-marah dengan sempurna.
4. Razia
rambut adalah momen yang tak terlupakan. Mungkin gue mempunyai sensor terhadap
gunting yang dipakai guru untuk merazia. Pada saat di dalam kelas, entah kenapa
gue haus banget, akhirnya gue memutuskan untuk pergi ke kantin untuk beli minum.
Saat gue mau balik ke kelas, gue melihat guru yang bawa gunting masuk ke kelas
gue dan gue tahu di sana akan ada pembantaian rambut. Tanpa pikir panjang gue
balik lagi ke kantin dan menurut gue, sekarang kantin adalah “Safe House” gue. Ternyata gue salah,
guru tadi ternyata lewat ke kantin dan dia menemukan gue. Tatapannya tajam ke
arah gue, dan gue memasang wajah memelas. Dia kemudian bicara, “Sekarang kamu
selamat. Tapi nanti…” gue langsung memotong, “Baik, Pak. Saya akan merapihkan
rambut saya.” Dia kemudian berlalu sambil berkata, “Kenapa kamu ngumpet
dikantin? Kepala kamu kan botak.”.
5. Love make your life full colour. Ya,
itu benar. Cinta pada saat SMA mungkin sangat aneh. Kedua manusia yang
sama-sama jatuh cinta, tapi mereka pun sama-sama tak ada yang mengungkapkannya.
Kode-kode antar mereka sebenarnya telah bertebaran, tapi keduanya tak ada yang
bisa mengartikannya. Dan pada akhirnya waktu melenyapkan cinta mereka.
Dramatis. Beberapa tahun kemudian, kedua manusia itu sudah tahu perasaan cinta dulu
yang pernah ada dari masing-masing, dan salah satu dari mereka ada yang
berbicara, “Kenapa dulu kita tak ada yang berani bilang ya?”
Twitter gue: @CharlyFbh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar