DULU,
jaman pacaran di SMA, gue punya pacar yang suka ngeliat bulan. Tiap malam
minggu, kita menghabisakn waktu di sebuah tempat yang lapang hanya untuk
melihat bulan. Awalanya gue bisa aja sama yang namannya bulan: Bulat di langit,
dan terang karena dapat cahaya dari matahari. Karena seiring waktu berjalan gue
nemenin dia ngeliat bulan, sedikit demi sedikit gue mulai suka, tapi gak pake
banget. Mungkin ini yang namanya suka karena terbiasa.
Singkat cerita kita harus putus
karena sesuatu hal yang sepele, yang biasa terjadi di kalangan anak SMA waktu
itu: keegoisan masing-masing. Tiap malam gue udah jarang menikmati cahaya bulan
lagi, dan hampir gue gak pernah meliriknya. Katanya, untuk melupakan mantan,
lupakan juga hal-hal yang berkaitan dengan mantan. Karena mantan gue suka
bulan, gue mencoba untuk tak selalu sering melihat bulatan terang di langit
malam, dan dengan cara seperti itu, gue berhasil ngelupainnya.
Beberapa hari dari pengumuman
kelulusan SMA, sekolah mengadakan acara Prom Nite. Tanpa ada hujan dan angin,
Dia memegang tangan gue lalu menariknya ke lapangan basket. Dia menunjuk bulan
di malam itu, dan gue jadi galau. Gue gak ngerti maksudnya apaan, mungkin dia
berharap gue gak ngelupainnya. Dia mengucapkan satu kalimat tanya, “Bulannya
masih indah, ya?” dan gue hanya membalasnya dengan senyum, ternyata dia masih
sama seperti dia yang pertama gue kenal.
Gue sadar, kita
memang benar-benar sudah beda, gak bisa bersatu lagi. Tapi gue tetap bisa
tersenyum dan gue berkata padanya, “Karena setiap malam, ketika kamu diam di
jendela dan melihat bulan, itu adalah bulan yang sama yang aku lihat. Akan
tetap sama seperti dulu. Indah.” Dia hanya senyum mendengar itu, kemudian…, dia
memeluk gue erat. Yang mau ngajak ngelit bulan, bisa colek gue di: @CharlyFbh