05 Januari 2014

Bulan yang Sama

           DULU, jaman pacaran di SMA, gue punya pacar yang suka ngeliat bulan. Tiap malam minggu, kita menghabisakn waktu di sebuah tempat yang lapang hanya untuk melihat bulan. Awalanya gue bisa aja sama yang namannya bulan: Bulat di langit, dan terang karena dapat cahaya dari matahari. Karena seiring waktu berjalan gue nemenin dia ngeliat bulan, sedikit demi sedikit gue mulai suka, tapi gak pake banget. Mungkin ini yang namanya suka karena terbiasa.
            Singkat cerita kita harus putus karena sesuatu hal yang sepele, yang biasa terjadi di kalangan anak SMA waktu itu: keegoisan masing-masing. Tiap malam gue udah jarang menikmati cahaya bulan lagi, dan hampir gue gak pernah meliriknya. Katanya, untuk melupakan mantan, lupakan juga hal-hal yang berkaitan dengan mantan. Karena mantan gue suka bulan, gue mencoba untuk tak selalu sering melihat bulatan terang di langit malam, dan dengan cara seperti itu, gue berhasil ngelupainnya.
            Beberapa hari dari pengumuman kelulusan SMA, sekolah mengadakan acara Prom Nite. Tanpa ada hujan dan angin, Dia memegang tangan gue lalu menariknya ke lapangan basket. Dia menunjuk bulan di malam itu, dan gue jadi galau. Gue gak ngerti maksudnya apaan, mungkin dia berharap gue gak ngelupainnya. Dia mengucapkan satu kalimat tanya, “Bulannya masih indah, ya?” dan gue hanya membalasnya dengan senyum, ternyata dia masih sama seperti dia yang pertama gue kenal.
           Gue sadar, kita memang benar-benar sudah beda, gak bisa bersatu lagi. Tapi gue tetap bisa tersenyum dan gue berkata padanya, “Karena setiap malam, ketika kamu diam di jendela dan melihat bulan, itu adalah bulan yang sama yang aku lihat. Akan tetap sama seperti dulu. Indah.” Dia hanya senyum mendengar itu, kemudian…, dia memeluk gue erat.   


Yang mau ngajak ngelit bulan, bisa colek gue di: @CharlyFbh