24 Desember 2013

Ariel dan Harapan Palsu

          Pernah denger lagunya Ariel (Noah) yang berjudul Ku Katakan Dengan Indah? Setelah gue cermati liriknya, ternyata itu lagu menceritakan tentang seseorang yang menjadi korban PHP. Apakah mungkin dulu waktu Ariel nyiptain lagu ini, dia lagi di-PHP-in? Coba kita lihat isi lirik lagu tersebut:
1. Di bait ke-2, ada lirik seperti ini: "Kau beri rasa, yang berbeda, mungkin ku salah, mengartikannya, yang ku rasa cinta."
Komentar: Sudah jelas, ada cewek yang ngasih perhatian lebih sama dia, mungkin menurut si cewek, itu perhatian biasa, nah, buat dia, dia merasa itu adalah cinta. PHP itu juga bisa terjadi jika kita salah mengartikan perhatian orang lain. Jadi, kita menganggap kita di-PHP-in walaupun sebenarnya tidak.
2. Di bagian reff juga liriknya menunjukan bahwa dia di-PHP-in: "Kau hancurkan hati ku, hancurkan lagi Kau hancurkan hati ku, tuk melihat mu."
Komentar: Nah, di sini sudah jelas. Terjadi tarik ulur yang dilakukan si cewek. Emang layangan ditarik ulur. Si cewek nya itu kadang-kadang deket, kadang-kadang jauh. Kayaknya kebanyakan jauhnya. Benar-benar cewek pemberi harapan palsu.
3. Terus, di bait selanjutnya ada lirik seperti ini: "kau buatku terjatuh dan terjatuh lagi."
Komentar: setelah semua kepalsuan yang diberikan si cewek, dia merasa tak bisa berjalan seperti seharusnya (tuh, jatuh mulu.), dan cara satu-satunya adalah melepaskannya untuk seseorang yang lebih baik.
Kesimpulan: bahwa, dia suka sama cewek yang gak suka sama dia (cinta bertepuk sebelah tangan). Dia salah mengartikan perhatian dari cewek tersebut. Dan pada akhirnya, dia hanya berharap, harapan hampa dan kosong yang membuat hidupnya tak berjalan seperti seharusnya.
Demikianlah hasil penerawangannya. Hati-hati kepada pemberi harapan palsu..

My Twitter: @CharlyFbh

Curhat Si Ayam Kampus

            Gue bakalan membagi cerita yang sangat mengharukan tentang kenapa (kita panggil Ayam) Si Ayam bisa terjerumus masuk kedalam dunia gelap kampus. Pada awalnya, gue gak tega membocorkan curhataan Si Ayam, tapi, demi pelajaran kita semua, gue bakal certain.
            Pada awalnya, Si Ayam dipaksa berpisah dengan ibunya, dia menjalani hidup bareng ayam-ayam lainnya dalam tempat mirip penjara. Tak ada dunia luar, tak ada teman baik, tak ada keluarga, hanya ada ayam-ayam seejenis di dalamnya, itu membuat dia mau tak mau harus menjalani hidupnya itu.
            Di kampus, Si Ayam sering jadi mainan mahasiswa, selain itu dia juga sering dijadikan bahan percobaan. Sungguh miris nasibnya. Dia hanya bisa menjalankan jalan hidupnya itu. Hati kecilnya ingin keluar dari dunia gelap itu, dunia yang sesak. Dia pun bilang, sebenarnya dia lebih suka di tempat yang mirip penjara itu daripada harus ketemu dengan mahasiswa, karena hatinya ngebatin. Dia ingin hidup normal.
            Kehidupan normal yang Si Ayam inginkan adalah seperti di peternakan: kandang yang luas, kalo malam dikasih lampu, dikasih makanan yang penuh gizi dan diperlakukan baik oleh Si Peternak. Tak seperti di kampus, di kasih kandang sempit tak berlampu yang dihuni sekitar 6 sampai 10 ekor ayam, dan saat ada praktikum, Si Ayam pasti dimainin sama mahasiswa fakultas peternakan. Selain itu, dia juga tak jarang jadi percobaan skripsi para mahasiswa.
            Itulah kira-kira bocoran curhatan Si Ayam yang ada di dalam kampus, tepatnya fakultas peternakan. Semoga bermanfaat.

NB: INI AYAM BENERAN,LHO! HAHAHHAHAHA..

My Twitter: @CharlyFbh

16 November 2013

Sebotol Benci Untuk Dia

             Malam minggu di sebuah café yang ramai, sepasang kekasih yang duduk dekat jendela masih terlihat saling tak bicara. Keduanya nampak mempunyai kekesalan dalam kepala masing-masing, hanya tinggal menunggu waktu untuk memuntahkannya.
            Si cewek yang sedang cemberut memulai membuka pembicaraan. “Kamu itu kenapa sih? Tiap hari bikin aku bête.” Si cewek itu menusuk-nusuk daging ayam yang ada di piring dengan garpu sebagai pelampiasan kekesalannya.
            “Bete kenapa? Gara-gara minggu kemaren kita gak jadi jalan? Kamu masih bête gara-gara itu?” tanya si cowok.
            “Gak tau ah. Pikir sendiri.”
            Si cowok berusaha menutupi kekesalannya. “Lah, aku kan nanya. Kalau bukan gara-gara hal itu, seharusnya kamu gak usah marah gitu dong.”
            “Aku gak marah,” kata si cewek. “Aku Cuma bête karena kamu gak punya waktu buat aku. Kamu selalu sibuk sama dunia kamu.”
Si cowok mulai merasa di sudutkan. Seakan-akan dia yang salah. Lalu dia meneguk habis sebotol Aqua di depannya sampai habis, cukup untuk mendinginkan hatinya yang panas, kemudian dia bicara,  “Kok ngomongnya gitu? Bukannya kamu yang punya waktu luangnya kebanyakan? Aku juga punya kehidupan selain kamu. Aku punya keluarga, punya teman-teman, punya pekerjaan. Seharusnya kamu ngerti dengan itu.”
Si cewek diam. Matanya mulai berkaca-kaca.
“Kamu gak bisa memenjarakan aku semau kamu,” lanjut si cowok. “aku jadi pacar kamu, bukan berarti aku harus bareng kamu terus. Tiap hari aku diam saat kamu marah. Aku gak ngebales marah juga kan?”
Si cewek masih diam.
“JAWAB!” teriak si cowok.
Si cewek tetap diam dengan air mata yang mulai menetes.
Si cowok melanjutkan bicaranya, “Lihat botol Aqua kosong ini. Setiap kamu marah itu sama dengan setetes air benci yang masuk ke botol ini. Tau gak sekarang tetesan air benci itu sudah segimana?”
Dia tetap tidak menjawab.
“Tetesan air itu sudah penuh di botol ini. Penuh.”
Beberapa kata akhirnya keluar dari mulut si cewek, “ Maaf…, aku….” Si cowok memotongnya.
“Aku sudah maafin kamu dari dulu. Bahkan setiap hari sesudah kamu marah. Tapi aku juga minta maaf, sepertinya aku gak bisa lagi jadi pacar kamu. Sudah terlalu banyak tetesan air benci yang kamu buat. Maaf….” Tutup si cowok berdiri dari tempat duduknya. “Aku ingin bebas.”

Si cewek meratapi penyesalannya. Dia menyadari semua kesalahannya. Terlalu mengekang cowoknya. Mencintai dengan cara berlebihan, itu akan jadi boomerang. Di café itu tinggalah berdua, si cewek dan sebotol benci untuk dia.

Twitter SAYA: @CharlyFbh

05 November 2013

Cerpen Summary Of Love





Summary Of Love

Cerita tentang ringkasan cinta yang saling berhubungan. disediakan dalam satu paket judul, yaitu Summary Of Love.
Baca di sini: Summary Of Love

29 Oktober 2013

Mie Rasa Upil

              Oke, apa yang anda pikirkan ketika pertama membaca judul di atas? Apa kalian jijik? Jadi gak bisa makan? Atau malah itu kesukaan kalian? Saya harapa bukan. Ha-ha. Ada cerita menarik tentang judul di atas. Waktu gue lagi liburan di suatu pantai, gue bareng temen gue lagi makan di warung kecil. Gue duduk berhadapan dengan teman gue. Saat kita lagi makan, ada seorang cowok yang duduk di samping gue. Gue liat dia lagi mau ngasih bumbu buat Mie-nya (Itu lho, mie yang dalam kemasan gelas sterofoam), tapi dia sangat kesulitan buat ngebukanya. Karena gak kebuka juga, kemudian dia pergi mencari gunting.
            Tau gak apa yang terjadi selagi dia nyari gunting? Jadi gini, sehabis makan, temen gue langsung ‘menambang’ idungnya, dia berhasil mendapatkan upil yang banyak, lalu upil itu dibuat bulat, kemudian dia melemparkan upilnya ke arah gue, untung gue punya reflek yang bagus. Saat butiran upil itu datang, dengan cepatnya tangan gue menangkisnya, upil itu pun terpantul dan masuk ke dalam… masuk ke dalam… masuk ke dalam Mie cowok yang duduk di samping gue. Kita berdua langsung kaget. Pas yang punya Mie datang, kita berdua pun memasang wajah tanpa dosa.
            Perlahan cowok itu memasukan bumbunya… mengaduk mie-nya (tentu dengan campuran sebutir upil tadi)… lalu memakannya. Dia terlihat lahap sekali, dan kita berdua menahan rasa pengen muntah.

Yang mau bagi-bagi mie, silahkan: @CharlyFbh

22 Oktober 2013

Hadiah Tersakit Se-Sekolahan

Apa pelajaran kesukaanmu saat SMA? Kalo gue ditanya kayak gitu, pasti gue jawab pelajaran kesenian dan komputer. Ngomong-ngomong pelajaran computer, gue jadi inget pas waktu dulu lagi belajar komputer di sekolahan gue. Lab komputer di sekolahan, lantainya ditutup dengan karpet merah. Jadi, kalo kita sedang praktikum, kita harus melepas sepatu dulu. Mungkin, pihak sekolah selalu ingat bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
            Gue pun harus melepas sepatu, dan hanya memakai kaos kaki saja. Untung waktu itu kaos kaki gue baru, jadi gak malu-maluin. Saat serius-seriusnya ngotak-atik komputer, gue mendengar ada seorang cewek yang manggil di luar. Karena waktu itu gak ada guru, gue pun mendatangi cewek itu, dia adik kelas gue.
Adik kelas: Kak, ini aku dapet titipan dari seseorang. (ngasih lipatan kertas)
Gue: Dari siapa?
Adik kelas: Ada deh. Rahasia.
Gue: Ah, kamu. Jangan-jangan tagihan utang, nih.
Adik kelas: Bukan lah. Eh, aku pergi dulu, ya. Jangan lupa dibaca. 
Gue: Oke.
            Ditengah praktikum komputer, gue membaca surat itu yang isinya kaya gini:
            ”Kak, aku punya hadiah buat kakak. Tapi aku simpen di suatu tempat yang rahasia. kakak bakal nemuin hadiah itu dengan mudah, karena tempat rahasia itu milik kakak. Salam sayang dari aku pemuja rahasiamu.”
            Gue langsung nyari di rangsel, tapi gak ada. Nyari di kantong celana, gak ada juga. Gue cari di Google, bener-bener gak ketemu. Lho? Ah, gue mencoba menghiraukannya. Mungkin nanti juga ketemu. Gue kembali fokus ke praktikum gue.
            Setengah jam kemudian, praktikum yang menyenangkan itu pun harus berakhir. Saat gue mau make sepatu, sepatu gue pindah tempat, mungkin kah dia jalan sendiri? Mungkin. Gue make sepatu yang kiri dulu, keadaan masih aman seperti biasanya. Pas gue make sepatu yang kanan, ada sesuatu di dalam sepatu yang menusuk dalam melewati kulit kaki, seketika gue berteriak kencang. Apakah itu? Itu pin yang bertuliskan huruf “C”, dan jarumnya itu terbuka, nusuk kaki gue.
            Pertanyaannya, kenapa ada pin di dalam sepatu gue? Inikah alasannya sepatu gue pindah sendiri? Gue jadi ingat surat tadi, katanya kan ada yang mau ngasih hadiah, tapi dia menyimpannya di tempat rahasia, oh, ini hadiahnya, sebuah pin bertuliskan huruf “C”. TAPI KENAPA HARUS DISEPATU NYIMPENYA? DAN KENAPA HARUS KEBUKA JUGA TUH JARUMNYA? KENAPA? KENAPA GUE GAK BISA MATIIN CAPS LOCKNYA?
            Ada-ada aja, ini hadiah tersakit yang pernah gue terima, tapi, gue hargain perjuangan kamu yang ngasih. Sampe saat ini, gue gak tau siapa orangnya. Tapi gue ucapin terima kasih.

SARAN: Lain kali, kalo mau ngasih hadiah, jangan disimpen di sepatu, simpen aja di hati gue. Heeaaa..

Yang mau ngasih hadiah, langsung ke sini: @CharlyFbh

21 Oktober 2013

Aku vs Mamamu

             Masa awal pacaran, ada masa di mana sang cowok diwajibkan main ke rumah ceweknya, sekaligus kenalan sama ortu si cewek. Dengan begitu, si cewek akan merasa yakin dengan cinta yang diberikan si cowok kepadanya. Menurut gue, teori ini ada benarnya juga, makanya gue mau waktu dulu saat diajak dia maen kerumahnya, walaupun gue belum siap. Yang pentig, cewek gue yakin terhadap ketulusan gue.
            Waktu itu gue datang dengan pakaian yang biasa aja, Cuma bermodal kaos putih polos dan celana panjang kusam. Sampai di dalam rumah, gue melihat mamanya cewek gue lagi masak di dapur. Sebagai calon menantu yang baik, gue pergi ke dapur untuk caper menyapanya.
            Tanpa basa-basi gue langsug menyapanya. “Apa kabar Mama?”
            Dia menatap gue dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Kerja di mana kamu?
            “Saya masih kuliah, Mah,” jawab gue singkat.
            “Oh,” katanya sinis. “Kirain udah kerja. Pake apa kamu kesini?”
            “Pake motor.”
            “Oh.” Jawabnya super duper singkat. Gue sakit hati.
            Gue serasa langkah awal gue bakalan gak mulus, nih. Mamanya serem. Ekstrim.
            Kemudian gue duduk di ruangan tamu, sementara itu, pacar gue sedang membuatkan teh manis buat gue. Calon istri yang baik.
            Tak lama, cewek gue datang membawa segelas teh buat gue.”Nih, Yang, teh manisnya. Cepetan coba.”
            “Iya, aku minum ya.” Gue meminum tehnya dengan harapan akan manis seperti pembuatnya. Tapi… teh nya PAIT banget!
            “Enak ga?” Tanya dia.
            Dengan bermaksud menghargai dia, gue terpaksa bohong dikit. “Iya… en… enak.” Gue diam sebentar, dan melanjutkan bertanya, “tapi kok pait, ya?”
            “Ah, masa?”
            “Iya beneran.”
            Dia menampilkan raut wajah kecewa. “Tuh kan. Maaf ya Sayang. Tadi tuh tehnya ditambahin sama mama. Katanya sih gak enak kalo tehnya sedikit. Maaf ya. Malah jadi pait.”
            APA? Ternyata Mamahnya itu mau ngeracunin gue atau gimana, sih? Gue langsung pergi ke kamar mandi buat muntah tuh air teh yang siapa tau ada racunnya. Benar -benar langkah awal yang sulit. Tapi, tekad gue bulat untuk terus berjuang!
            Selagi gue asik ngobrol bareng dia, terdengar suara gaduh yang berasal dari dapur, saat gue tanya itu suara apa, pacar gue jawab, “Itu suara Mamah lagi nyincang daging.” Tuh kan. Perasaan gue mulai gak enak. Gue jadi inget film Rumah Darah, orang-orang yang masuk ke satu rumah dan gak bisa keluar, malah mereka dicincang sama yang punya rumah. Serem. Tapi gue coba untuk berfikir positif, mengalihkan fikiran negative gue dengan melihat-lihat foto keluarga yang ada di ruang tamu. Dan ada satu foto yang mencengangkan.
            “Yang, itu cowok yang foto bareng mobil, kenapa di simpen di situ? siapa?” tanya gue penasaran.
            “Itu… itu…” dia memberanikan diri menjawab jujur. “itu mantan aku.”
            “Kok fotonya kamu pajang? Terus, fokus fotonya malah ke mobil, bukan ke orangnya. Maksudnya apaa, sih?” gue tambah penasaran bercampur kesal.
            Dia menjelaskan tentang foto mantannya itu, kenapa sampai bisa dipajang di situ. “Itu yang memfotonya Mamaku, dia juga yang nyimpen di situ. Mama baik banget sama dia, beda sikapnya sama mantan-mantan aku yang lain.”
            “Emang kenapa Mama kamu bisa baik sama dia?” tanya gue
            “Mungkin karena dia punya mobil. Sedangkan mantan-mantan aku semuannya cuma pake motor.”
           Setelah mendengar kalimat itu, gue langsung mutusin pacar gue lalu pergi. Yap, soalnya gue juga pake motor. Udah bisa ditebak hubungan gue sama dia kedepannya kayak gimana. Terkadang, ada kalanya kita harus menyerah dan tak memaksakan sesuatu. Karena, sesuatu yang dipaksa itu gak enak.

Hubungi: @CharlyFbh

            

20 Oktober 2013

Gombal, Kok Gagal?

          Jaman SMA, gue sama pacar sering nongkrong di kantin. Sengaja, karena gue gak ada modal buat nongkrong di café dan semacamnya. Kita melebur dalam obrolan serius tentang hukum-hukum fisika. Saat dia mengeluarkan istilah-istilah yang gak gue ngerti, gue cuma tersenyum dan mengangguk sok tau. Itu cara cowok menjaga tingkat keren mereka. Gue mulai terpojok di obrolan yang menurut gue agak berat, ini saatnya gue mengalihkan pembicaraan. Gue mulai mencari-cari jalan untuk memindahkan topik, dan gue teringat satu kata yang wow banget, yaitu “Gombal”. Ya, gue harus menggombal agar gue bisa keluar dari obrolan ini.
            Geu mulai mengalihkan pembicaraan. “Yang, papa kamu astronot, ya?”
            Dia kebingungan. “Hah? Ada-ada aja kamu. Apaan sih?”
            “Jawab dong, ‘Kok tau’ gitu.” Gue kesal karena apa yang gue harapkan tidak terjadi.
            “Iya, iya. Kok tau? Emang kenapa?”
            “Karena kamu selalu menerangiku. Seperti bintang,” jawab gue disertai ketawa.
            “Yang menerangi itu matahari sayang. Bukan bintang. Lagian mana ada bintang di siang hari,” jawabnya sewot.
            Gue gak mau kalah. Gue memcoba menjelaskan. “Matahari itu termasuk bintang. Sama kayak Sirius, Canopus, Arcturus dan lainnya.”
            “Tapikan bintang itu munculnya di malam hari. Gak ada orang yang menyebut bintang adanya di siang hari.”
            “Ya karena mereka gak tau aja.”
            “Kamu bilang aku bodoh? Gitu?”
            “Gak bilang kamu bodoh.”
            Dia mulai marah. “Dengan kamu ngomong gitu, sama aja kamu nyama-nyamain aku sama mereka.”
            “Enggak gitu juga,” ucap gue pelan.

            Kenapa jadi ribut gini, pikir gue. Tau-tau gitu, gue mending pusing dengerin dia bicara tentang fisika. Ah, ilmu pengetahuan tidak menjamin menjadikan seseorang banyak yang menyukai.  Seperti gue dan dia, harus saling melengkapi dari kelebihan den kekurangan masing-masing. Apa yang dia tau, gue gak tau. Apa yang gue tau, dia gak tau. Dan gue sadar, di sini lah tugas ‘kita’ untuk saling melengkapi kekurangan.

Yang mau nge-gombal, silahkan di: @CharlyFbh

18 Oktober 2013

Ada Seseorang di Rumahmu, tapi Bukan Aku

          Terkadang, mengubah kebiasaan itu harus kita lakukan agar kita bisa merasakan hal yang berbeda seperti biasanya. Misalnya, kita biasa mandi di hari minggu, cobalah untuk tidak mandi, kalian akan merasakan arti hari minggu yang sebenarnya. Muehehe. Atau, cobalah main ke rumah pacar selain malam minggu (bisa aja malam jum’at mungkin), mungkin kalian bakal menemukan hal seperti di bawah ini:
            Selama ini, kalo gue main ke rumah pacar cuma malam minggu, gak pernah hari-hari lainnya. Suatu ketika, gue mencoba main ke rumahnya tanpa bilang-bilang, dan malam itu bukan malam minggu, tapi malam jum’at. Kata temen gue, kalo ngapel jangan malam jum’at, soalnya lo bakalan ketemu setan, tapi gue gak percaya itu.
            Tanpa bilang-bilang pacar, gue datang kerumahnya dengan diam-diam. Beberapa meter lagi sampai ke rumahnya, gue melihat sesosok mahluk asing di depan rumahnya. Dia lagi ngobrol asik bareng pacar gue. Gue semakin mendekat… dan… temen gue bener, kalo ngapel malam jum’at, bakalan ketemu setan. SETAN, itu mantannya lagi ngapain pake becanda-becanda gitu. Padahal, sebelum berangkat gue nge-SMS Si Pacar, “Lagi di mana?” terus dia jawab, “Di rumah. Lagi ngobrol sama Mama.” Dan gue baru tau, ternyata nyokapnya seorang laki-laki. Ah, kampret.  
            Dari kejauhan, dan kegelapan, ditambah banyak nyamuk, gue berpikir, hal apa yang harus gue lakuin. Akhirnya gue menemukan 2 opsi untuk menanggapi hal yang terjadi ini:
            Ke SATU: Gue bakalan samperin tuh mantannya, lalu gue marah-marahin, sekalian gue tonjokin, sekalian gue teriak-teriak di muka pacar gue, “KAMU TEGA! KAMU TEGA DUAIN AKU! DUNIA INI TIDAK ADIL!” mirip kayak sinetron di tipi-tipi. Atau,
            Ke DUA: Gue bakalan melakukan hal ekstrim, gue menyamar jadi mas-mas pengantar makanan, dan gue kasih racun tuh di makanannya.
            Tapi, gue gak ngelakuin semua itu, gue nunggu sampai mantannya pulang. Lalu gue mendekat ke rumahnya. Wajah pacar gue tampak kaget melihat kedatangan gue. Suasana hening, sampai terlontar satu pertanyaan yang membuat air matanya pecah, “Udah berapa kali kamu bohongin aku?”

Yang mau curhat atau bagi-bagi makanan, boleh mampir di: @CharlyFbh

17 Oktober 2013

Pacar Baru Mantan

               Entah kenapa, setiap malam setelah beberapa minggu gue putus sama pacar, gue sering keingetan dia terus. Sebenernya gue pengen ngehubungin dia, tapi gue gengsi. Pada akhirnya, saat rindu tak bisa dibendung, gue abaikan semua gengsi dan gue meng-SMS dia duluan.
Gue ngetik: Hi, met malem. Apa kabar?
Balasan dari HP Fatya: Maaf, Fatya-nya lagi di dalam. Kamu siapa? (Fatya adalah nama samaran)
Gue ngetik: Aku mantannya. Kamu siapanya?
Balasan dari HP Fatya: Oh, kamu mantannya. AKU PACAR BARUNYA!
            Gue langsung mencari silet. “Silet mana silet”, tapi gue gak nemu. Ternyata gue belum rela dia pacaran lagi. CUKUP TAU! KAMPRET!

Written: @CharlyFbh

16 Oktober 2013

Pacarmu Mirip Tukang Bakso

         Pada awal-awal masuk kuliah, gue sering nongkrong di kantin kampus, walaupun hanya bermodal sebotol air mineral (gue gak nyebut Aqua karena itu merk dagang). Pada suatu siang, gue melihat cewek cantik yang lagi duduk sendirian, gue piker ini kesempatan buat kenalan. Dengan keberanian yang dipaksakan, gue duduk di sampingnya.
Gue: Boleh duduk di sini?
Dia: Boleh.
Gue: Kok di kantin gak makan apa-apa? (sambil ngeluarin sebotol Aqua)
Dia: Tadi udah mesen bakso, tapi lama banget.
Gue: Mau gue susulin?
Dia: Gak usah, itu sudah datang.
            Dari kejauhan gue melihat mas-mas yang lagi bawa semangkuk bakso datang mendekat.
Mas-mas: Nih baksonya, sengaja sambelnya dipisah.
Dia (Si Cewek tadi): Iya, makasih ya.
Gue: Mas, gue pesen satu. Baksonya aja, gak pake sambel.
            Si mas-mas dan si cewek itu tiba-tiba menatap gue dengan penuh tatapan kebencian. Gue batal mesen bakso. Belakangan gue tau, si mas-mas itu ternyata cowoknya si cewe tadi. Pantesan… tapi gue gak salah dong, yang salah tuh cowoknya yang mirip tukang bakso.

Mampir dulu gih: @CharlyFbh

14 Oktober 2013

Ini Tak Sama


     Sekarang benar-benar telah berubah. Tak ada waktu lagi untuk mengeluh karena suatu hal yang membuat aku gak nyaman, membuat aku sedikit memelankan langkahku, tak sekencang dulu. 


     Sekarang sudah beda. tak ada sapaan lembut walaupun rasa Strawberry ini masih sama, asam, sedikit manis. Tak ada kesamaan di saat hujan atau tidak, aku merasa suasananya menidurkan, beda dengan dulu yang meneduhkan. 

     Aku telah menjadi orang lain, dan kamu pun demikian. Kita gak saling kenal, menyapa pun tak pernah. Suasana yang tabu untuk dipecahkan. Pemikiran irasional yang mengecewakan. Keegoisan telah permanen melekat tak terelakan. Beda dan berubah, ini tak sama seperti pikiranku.

Silahkan mampir dulu: @CharlyFbh

06 Oktober 2013

PDKT-an Sama Skripsi

Hoam, gue masih inget kata-kata ibu guru pas waktu SD, kalo hari minggu itu libur. Jadi, hari ini kerjanya cuma berdekapan mesra bareng kasur. Anjrit, romantis abis.

Mulai sekarang, gue harus memanfaatkan dengan baik hari libur, karena gue sekarang sudah mulai memasuki tahap PDKT sama skripsi. Pasti hari-hari gue bakal penuh dengan kegiatan tentang skripsi, ya, inilah resiko jadi seorang pemikir. Mikirin sesuatu yang gue aja gak pernah ngebayanginnya. Tapi gue udah bisa nyium bau toga bercampur keringat nervous gue, huaahh.

Syarat untuk ngebuat skripsi, gue harus nyari masalah dulu, misalnya gebukin orang atau ngerebut pacar orang. Ah, kampret banget itu. Tapi bukan itu maksudnya, gue harus nyari masalah, dan gue menyelesaikan masalah itu demi kemajuan. Beuh, keren kan? Gue gitu lho.

Pokoknya, mulai sekarang, gue akan punya pacar baru: laptop, printer, sampe ke kertas HVS A4 80 gram, uh, pasti bakalan romantis banget. Momen di mana hanya ada kita berempat di satu ruangan penuh kepenatan. Lup yu beybeh.

Gue PASTI BISA!!

Note:
Ini blog baru gue
dan Mampir di Twitter gue nih: @CharlyFbh

07 September 2013

Membuat Kebahagiaan (Revisi)

     GAK NGERTI, apa ini yang ada dalam pikiran? Kata Facebook, "What's your mind?". Kata Twitter, "What's happen?" dan masih banyak orang yang nanya mirip-mirip kaya gitu, gue bingung jawabnya karena gue sendiri gak ngerti apa yang ada dalam otak gue. 
     SEBENERNYA GUE pengen cerita biar beban yang ada dalam otak gue berkurang, tapi lagi-lagi gue bingung harus cerita dari mana. 

     "Kenapa, Char? Cerita atuh," temen gue nanya. 

     "Gak tau. Gue bingung ceritanya, gue juga belum ngerti kenapa gue ini," Jawab gue dengan datar.

     Dia mencoba meyakinkan gue untuk bercerita, "Ah, aneh lo. Itu karena cinta? Keluarga? Atau apa?" tanyanya lagi.

      Lagi, gue bingung harus cerita apa, banyak yang sebenarnya pengen gue ceritain, tapi GUE GAK TAU apa yang ada di otak gue. 
     Gue menutup mata dan mencoba berfikir, apa yang sedang ada dalam otak gue yang membuat terasa berat lebih berat dari berat badan Badak Cula Satu. "Mungkin tentang pilihan dan cinta, tapi entahlah, gue belum ngerti sepenuhnya," jawab gue. "Kalo gue udah tau jawabannya, pasti gue kasih tau lo," lanjut gue.

      Dia mencoba menenangkan diri gue dan coba membiarkan gue untuk menyendiri menenangkan diri, "Ya udah, stabilkan dulu emosi lo, tenangin diri lo, biar nanti lo ngerti apa yang ada dalam otak lo itu, oke?" 

      "siap bos!" jawab gue dengan tegas bercampur senyum.

     Sampai gue tulis cerita ini, gue belum tau apa yang sebenarnya ada dalam otak gue, tapi gue memperkirakan 'cinta' lah penyebabnya. 
      CINTA MEMANG rumit tapi gue butuh kerumitan itu, rumit yang membawa kebahagiaan. Walaupun beban yang ada dalam otak gue belum terungkap, gue merasakan hal yang berbeda saat ada seseorang yang memberikan 'suntikan' semangat. Seperti orang-orang itu, seseorang itu pun bertanya yang sama, tapi gue inget pertanyaan yang menurut gue agak berbeda, "Udah menemukan bahagia?" tanyanya.

      Tanpa pikir panjang gue jawab, "Belum."

     "Masa cuma nyari bahagia susah amat. Bahagia itu kita sendiri yang buat, bukan orang lain!" Dia bicara setengah menyindir gue.

     "Membuat bahagia emang mudah, tapi membuat bahagia bersama orang yang kita sayang butuh perjuangan." balas gue dengan yakin.

       Setelah gue bilang gitu, dia gak mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Suasana hening.

      "Emm..,, kenapa?" tanya gue. Gue takut salah ngomong sama dia.

   "Kamu bener, emang susah buat bisa bahagia sama orang yang kita sayangi," katanya sambil tersenyum. 

     Akhirnya gue lega, ada orang yang sama kaya gue. Semua orang bisa merasakan saat-saat yang paling buruk dalam hidupnya, tapi bagi gue ini bukan masa buruk, cuma gue kekurangan kebahagiaan yang penuh dalam kehidupan. Tindakan gue sekarang adalah menciptakan kebahagiaan buat diri gue dan orang yang (nantinya) gue sayangi. 


Twitter: @CharlyFbh