Suatu
sore saat gue lagi JJS (Jalan Jalan Sore), ada satu pemandangan yang menyita
perhatian gue. Disebuah kursi warung kopi pinggir jalan, gue melihat dua orang
kakek-kakek sedang duduk sambil menikmati rokok yang dihisapnya. Kedua kakek
itu asik ngobrol seperti membicarakan masa-masa tangguhnya dulu. Walaupun sudah tua, kedua kakek tersebut
masih terlihat segar, benar-benar tua-tua keladi.
Gue penasaran sama kedua kakek
tersebut. Dengan berpura-pura memesan kopi di warung itu, gue ikut duduk di
kursi yang sama, tapi mereka membelakangi gue. Si kakek yang duduk deket gue
pake kaos putih polos celana hitam, dan yang satunya lagi pake baju hitam
dengan celana hitam juga. Untuk memulai obrolan, gue pura-pura nawarin kopi ke
mereka, dari situlah gue ikut ngobrol bareng kakek-kaket itu.
Setelah beberapa saat gue ngobrol,
si kakek yang pake kaos putih sepontan ngomong sama gue (sebenernya dia ngomong
pake bahasa sunda, tapi gue translate
ke bahasa Indonesia), “Kita ini temenan dari kecil. Sampe sekarang masih
bareng-bareng.”
Gue kaget ngedenger itu. “Yang
bener, Kek?” tanya gue penasaran.
Si kakek baju hitam lalu menjawab, “Bener.
Waktu kecil, Abah sering maen bareng, nongkrong bareng. Ya, sampai sekarang
masih bareng-bareng.”
Gue takjub mendengarnya. Persahabatan
yang tak lekang oleh waktu.
Kita melanjutkan mengobrol, dan banyak
pengalaman yang gue dapet dari kedua kakek tersebut. Kakek yang kaos putih bilang
dalam bahasa sunda, “babaturan sajati mah
bakal katingalian ku waktu.” Kalo bahasa Indonesia-nya kira-kira gini:
Teman sejati akan terlihat oleh waktu. Kira-kira seperti itu kalimatnya.
Sore itu gue habiskan
tegukan terakhir kopi gue. Gue pamitan sama mereka. Saat gue sampai rumah,
sebenarnya gue mengambil sesuatu dari mereka tapi gue gak bilang-bilang,
sesuatu itu adalah PELAJARAN.Twitter: @CharlyFbh